Posted by Agny Gallus Pratama | 1 comments

Mancing di Semarang dapat Hiu!


Hari Minggu kemarin sungguh sangat menyenangkan, setelah kembali dari Ibukota, aku bisa bertemu kembali dengan sobat-sobat ku. Sebenarnya aku ingin bertemu dengan mereka dari siang hari, namun cuaca menunda keinginanku ini. sehingga aku bertemu dengan mereka di sore hari. Pertama aku bertemu dengan si "Entrepreneur" , Rudi Kurniawan. Seperti biasa tidak yang berbeda dari tampilannya, selalu sederhana walau 'rumah'nya menunjukan kemegahan istana. Hanya 15 menit aku berada disana, karena aku dan Rudi harus menuju rumah sobatku satunya di daerah Ketileng. Arsanto Teguh Utomo atau sering dipanggil Teguh merupakan seorang ThinkTank bagi kami, karena dia seorang pemikir yang luar biasa, bahkan dia sendiri terkadang dibuat bingung atas pemikirannya. 

Sebenarnya ada 3 sobat ku seper-Liqo an, satu lagi yaitu Rahmat Putra Martua Siregar. Putra adalah anak medan yang pemberani. Dia selalu bertindak cepat walau terkadang resiko yang menghadapinya sangat besar. Namun, dia sudah berada di Ibukota untuk menjadi "Kuli Keuangan" di BUMN bidang kontraktor. Alhamdulillah, ketika aku berada di Jakarta, dia mengajaku mengelilingi bangunan yang sedang dalam proses pembangunan di daerah Puri, JakBar.

Setelah berada di rumah teguh selama beberapa menit, kami memutuskan untuk mancing di daerah Kaligawe, deket Stasiun Tawang. Sebelum menuju kesana, kami menjemput salah seorang angkatan atas bernama Mas Syam yang sering memancing di daerah tersebut. Aku mengira bahwa kita akan memancing di pemancingan umum, ternyata dugaan ku salah, kita memancing di dekat Pelabuhan Tanjung Mas. 

Kira-kira seperti ini pemandanganya

Dengan berbekal pancingan 4 buah buatan Mas Syam, kami pun langsung berangkat menuju tempat tujuan. Sebelumnya, aku dan Mas Syam mencari cacing terlebih dahulu. Tanpa diduga, ditengah-tengah gang Mas Syam meminta untuk berhenti, 1 menit kemudian langsung masuk ke got kecil, 2 menit setelah itu mulai mengobok-obok tanah di got tersebut, dan 3 menit setelah itu ia memasukan cacing-cacing tersebut ke dalam gelas Aqua bekas. 

Setelah sampai di tempat pemancingan, kami pun langsung semangat memancing ditemani para pemancing lain ditengah gerimis hujan. Karena gerimis hujuan, kami pun memancing dekan menggunakan jas hujan agar tidak kebasahan. 30 menit pertama masih sabar menanti, 1 jam kemudian, rasa sabar mulai terusik. Bagaimana tidak, hampir 5x lebih aku mengisi pancingan tetapi selalu tidak dapat ikannya. Ketika tangan ini mulai merasakan ada tarikan dan mengangkat pancingan, hanya kail yang ada di depan mata ku. Sungguh sangat menjengkelkan saat itu. Namun kejengkelanku sirna ketika Mas Syam dan Rudi berhasi mendapatkan ikan. Yap ikan kecil yang bahkan sekali lahap pun bisa. 

Hahahaha

Hanya tawa itu yang keluar dari mulut kita. Tawa yang jujur ditengah rintik hujan kala itu. Dikala memancing, kami menikmati alunan suara dari Stasiun Kereta Api Semarang Tawang yang begitu khas dan pula suara Kereta baik itu kereta penumpang atau barang. 

Akhirnya waktu menunjukan pukul 6 sore, saatnya kita untuk mengakhiri mancing-memancing hari itu. Keinginan kita untuk mendapatkan ikan akhirnya tercapai ketika kita sepakat untuk pergi ke Pasar Kobong Semarang.

Suasana Pasar Kobong

Di pasar kobong ini pun rencana kita juga akan memancing. Namun "Memancing Dengan Uang" lebih tepatnya. Rencana awal kita hanya akan membeli Kerang Hijau untuk satu panci kita makan bersama. Namun setelah melihat-lihat keadaan, kita tak menemukan satupun penjual kerang, sehingga kita memutuskan untuk mencari ikan lain. Kemudian, kita melihat seekor Hiu, ya Hiu Kecil. Ternyata ada penjual Hiu Kecil di Pasar Kobong ini, tetapi tidak banyak (hanya 8-10 ekor). Sebenarnya Hiu Hiu ini tidak sengaja terjaring ketika nelayan menangkap ikan. Karena diketahui setelah mendekati dermaga, maka hiu ini pun akhirnya sekalian dijual. 

Gambar hiu kecil (Hanya contoh, bukan yang kita beli)

Kita pun penasaran untuk bertanya mengenai hiu ini. Kita mengira bahwa hiu ini akan berharga mahal. Berita mengatakan kalau sirip hiu itu mahal, makanya kalu hiu utuh aku pikir pasti lebih mahal. Ternyata harga yang kita dapatkan adalah Rp 30.000 untuk 1 kg nya. Gila, ternyata diluar dugaanku sebelumnya. Akhirnya setelah ditimbang, hiu yang kita beli mempunyai berat 1,5kg. Seharusnya harganya adalah 45rb, tetapi setelah ditawar kita mendapat harga 35rb saja. Kemudian kita bawa pulang ke rumah Mas Syam untuk kita bakar bersama.

Setelah di"buka" ternyata daging hiu tidaklah banyak, kira-kira hanya 1/2 saja dari berat badannya. Namun, tekstur dagingnya sangatlah lembut, lebih lembut dari pada Ikan Tuna. Dengan berbagai macam bumbu, kita pun mulai mengolesi daging-daging hiu ini. Tak lupa diawal kita memberikan jeruk nipis agar bau amisnya hilang. 

30 menit berlalu, bakar membakar pun akhirnya selesai. Saatnya kita memakan hiu ini bersama sama. Dengan memanggil seorang kawan Mas Syam dan seorang satpam Kost Putri, kita pun takjub akan hasil bakar-membakar dan juga tekstur daging hiu yang sangat lembut dan gurih. 

Layaknya di pesantren, kita pun makan dalam nampan plastik yang besar, sehingga tangan-tangan kita mulai beradu untuk mendapatkan hiu yang enak ini. Hal seperti ini sungguh sangatlah menyenangkan.

Nampan Plastik #hehe

Akhirnya setelah 3 jam menghabiskan waktu untuk makan dan bercanda, kita pun pulang ke rumah masing-masing dengan perut yang berisi daging Hiu. 

Ini merupakan pengalaman pertamaku dalam menyantap Hiu, aku tidak tahu apakah Hiu ini ilegal dimakan apa tidak, tetapi sepertinya legal, karena Hiu ini tidak sengaja tertangkap, dan mati ketika masuk dermaga.
#Alibi 

Quote Malam Itu

Sebelum Hiu Memakan Manusia, Kita Makan Hiu Itu Dulu




1 comment:

  1. TAKUTLAH KALAU LAUT TIDAK ADA HIU. JANGAN TAKUT PADA HIU

    ReplyDelete